Heyho blockheads and climate guardian! Kalo ngomongin kripto, emang banyak banget ya istilahnya. Nah kali ini akan dibahas mengenai Total Value Locked. Apaan ya ini? Penting ga sih bagi investor? Cekidot! Dalam dunia aset kripto yang terus berkembang, Total Value Locked (TVL) adalah salah satu metrik yang menjadi sorotan utama bagi investor. TVL mengukur seberapa besar nilai total aset yang “dikunci” dalam protokol keuangan terdesentralisasi (Decentralized Finance/DeFi). Total Value Locked (TVL) adalah ukuran yang menggambarkan total nilai dari semua aset kripto yang disimpan atau dikunci dalam smart contract pada protokol DeFi. TVL ini diukur dalam mata uang dolar Amerika Serikat (USD) atau dalam angka aset kripto. TVL merupakan indikator kunci untuk mengukur sehatnya sebuah ekosistem DeFi; yang merupakan sistem keuangan terdesentralisasi yang beroperasi di atas blockchain. Penghitungan TVL melibatkan tiga komponen utama: nilai gabungan dari semua aset yang terkunci, suplai maksimum yang beredar dari protokol DeFi, dan harga saat ini dari aset kripto. Rumus untuk menghitung TVL adalah dengan membagi kapitalisasi pasar oleh TVL; jika rasio TVL tersebut kurang dari satu (1), maka ini menunjukkan bahwa aset tersebut mungkin undervalued. TVL memiliki peran yang sangat penting bagi para investor dan pengguna DeFi karena merupakan indikator kepercayaan, menunjukkan pertumbuhan protokol, mengukur minat investor, dan berfungsi sebagai indikator risiko. TVL yang tinggi menunjukkan bahwa protokol tersebut memiliki likuiditas yang kuat dengan lebih banyak aset yang terkunci di dalam smart contract. Hal ini membuat protokol tersebut menarik bagi investor yang mencari insentif dan imbalan. Kesimpulannya, pemahaman terhadap TVL penting bagi investor dan pengguna DeFi untuk mengukur kesehatan ekosistem DeFi selain untuk mempertimbangkan potensi investasi di dalamnya. Semakin tinggi TVL, semakin besar kepercayaan dan minat investor pada protokol tersebut. Jadi gimana blockheads dan climate guardian? Udah paham belum tentang TVL ini? Jadi ini penting apa engga ya? Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
Daftar Artikel - Belajar Blockchain
-
142
-
Hai Blockheads, kali ini kita akan bahas mengenai Ethereum yang katanya adalah aset kripto terbesar nomor 2 setelah Bitcoin. Berbeda dengan Bitcoin yang kita belum tau siapa pencipta aslinya dan hanya bermodalkan sebuah nama "Satoshi Nakamoto", pada Ethereum atau Ether, kita bisa banget cari tau siapa yang ciptakan, yaitu Vitalik Buterin da orangnya juga sering muncul di platform media sosial.. Pada sejarahnya, Ethereum lahir dari ide seorang programmer bernama Vitalik Buterin pada tahun 2013. Ia merilis konsepnya tentang platform komputer terdesentralisasi yang bisa menjalankan segala macam aplikasi, dengan dokumennya yang berjudul "Ethereum: The Ultimate Smart Contract and Decentralized Application Platform". Lalu pada 2015, Ethereum resmi diluncurkan setelah mendapat dukungan luas. Ethereum Foundation, organisasi nirlaba dari Swiss, terbentuk setelah menarik minat banyak orang dan mendapatkan dukungan teknis serta keuangan. Penjualan Ether, mata uang digital Ethereum, mulai mencuri perhatian pada tahun 2014, digunakan untuk berbagai tujuan seperti perdagangan dan menjalankan aplikasi, seperti dilansir dari CNBC Indonesia. Mata uang kripto Ether mulai diperdagangkan pada 7 Agustus 2015 dengan harga awal sekitar US$2,83. Pada tahun 2016, terjadi peretasan The DAO, yakni platform smart contract yang beroperasi di blockchain Ethereum. Ini membawa lahirnya Ethereum baru dengan keamanan yang diperbarui bernama Ethereum Classic. Pada tahun 2017, Ethereum semakin populer dan mencapai puncaknya sekitar US$1.200. Di 2019, ETH menjadi mata uang kripto terbesar kedua setelah Bitcoin dalam pasar digital. Pada 2020, Ethereum semakin populer dengan munculnya proyek decentralized finance (DeFi). Ethereum menarik banyak perhatian dari banyak orang di komunitas kripto serta institusional karena peranannya dalam bidang keuangan tanpa melibatkan bank. Sebagai pesaing Bitcoin, Ethereum terus menonjol dan menjadi inspirasi bagi banyak kemunculan mata uang kripto lainnya, terutama dalam pengembangan teknologi blockchain. Mungkin perbedaan Ethereum dan Bitcoin juga menjadi pertanyaan bagi sebagian besar orang. Menurut info dari website Ethereum sendiri, mereka mengaku kalau Ether (mata uang Ethereum) itu sebenarnya memang terinspirasi dari Bitcoin. Keduanya bersifat sebagai uang digital tanpa perlu entitas ketiga seperti bank dan layanan keuangan lainnya. Perbedaannya ada di sini, Blockheads. Ethereum bisa di-program, jadi siapa pun bisa bikin dan pakai aplikasi-aplikasi terdesentralisasi di platformnya. Mulai dari layanan keuangan, gim, jejaring sosial, pasar NFT, sampai aplikasi lainnya. Sedangkan Bitcoin, sebagai kripto pertama, memungkinkan pengguna buat transaksi keuangan langsung antar individu tanpa campur tangan bank atau lembaga pembayaran. Ide dasarnya adalah ngirim pesan nilai antar pengguna, di mana nilai itu merepresentasikan keberhargaan tanpa campur tangan pihak otoritas pusat. Baca Juga: Pendiri Ethereum Akan Bikin Ethereum PoS Lebih Simple? Nah, Ethereum meluaskan konsep diatas: nggak cuma pesan, tapi kamu bisa menulis program atau kontrak umum macem-macem. Dan smart contract di Ethereum emang jadi salah satu bagian yang menonjol di kripto ini. Itu dia pengenalan awal tentang Ethereum. Kalo ditelaah lagi, masih banyak yang bisa dibahas dari kripto inovatif satu ini. Jadi, stay tuned di Kabar Blockchain Indonesia, ya Blockheads!
138 -
Halo, para Blockheads! Kita sering denger tentang Bitcoin, Blockchain, dan seputar dunia kripto lainnya, tapi sebelumnya, kita perlu tahu apa sih sebenarnya Cryptocurrency itu? Bayangkan mata uang yang kita pakai sehari-hari, kayak rupiah, dollar, euro, itu adalah contoh mata uang konvensional atau fiat. Mereka diatur sama bank sentral negara dan dikeluarkan oleh pemerintah. Cryptocurrency, sebaliknya, adalah uang digital yang punya keamanan ekstra tinggi berkat teknologi kriptografi. Yang bikin beda, mereka nggak terkendali sama satu entitas aja, tapi dikelola oleh teknologi Blockchain yang lebih terdesentralisasi. Ada banyak jenis Cryptocurrency. Blockheads pasti sering denger tentang Bitcoin, kan? Itu cuma salah satu dari banyaknya jenis koin lain kayak Etherium, Binance, Cardano, dan lain-lain. Selanjutnya, kalo mau punya Cryptocurrency, kita butuh dompet khusus nih, yang disebut crypto wallet. Di situ, kita dapat dua kunci, publik sama privat. Kedunya jadi tanda tangan digital yang menunjukkan kita pemilik sahnya. Oh iya, kunci private sesuai namanya, jangan sampai diketahui oleh orang lain ya, kecuali kalau kamu percaya sama orang tersebut, dan harus siap dengan risiko yang mungkin terjadi. Kita masuk ke pertanyaan, bagaimana sih cara kerjanya? Jadi, setiap transaksi yang berhasil dijalankan di kripto akan dicatat di Blockchain. Yang seru, semua orang bisa lihat transaksi itu, apakah kamu sedang mengirim kripto ataupun menerima, tapi tetep privasi kita terjaga. Cryptocurrency punya beberapa fungsi. Bisa dipake buat investasi, untuk ini hati-hati ya karena pasti punya risiko, baik tinggi atau rendah. Ada juga proses 'menambang' kripto yang biasanya melibatkan pemecahan teka-teki kriptografi, dan nantinya bisa dapat hadiah koin ketika para penambang berhasil menyelesaikan teka-teki itu. Baca Juga: Apa itu Blockchain? Kenali Lebih Cepat Disini! Selain itu, Cryptocurrency juga jadi alat pembayaran di beberapa tempat, kayak di universitas, hotel, bahkan maskapai penerbangan. Ada juga kartu debit kripto yang fungsinya mirip kartu debit biasa. Baru-baru ini, Visa bahkan ngeluarin program loyalitas buat pengguna kripto, yang memungkinkan pelanggan tidak hanya menerima reward untuk digunakan pada pembelian selanjutnya, tapi pelanggan pun bisa dapat hadiah ketika mereka sering berinteraksi dengan merek. Contohnya dengan mengunjungi website, memberika komentar, mengisi survey, dan hal interaksi lainnya. Jadi, gimana nih, tertarik buat punya Cryptocurrency, para Blockheads? Semoga penjelasan ini bisa bikin kamu makin paham ya!
125 -
Hai Blockheads, ada yang pernah dengar istilah sesuai judul diatas "not your keys, not your coin"? Langsung aja ya, istilah itu artinya, kalau bukan kamu yang simpan kunci privat cryptocurrency mu, kamu nggak benar-benar punya kripto itu. Kunci privat ini ibaratnya password yang digunakan untuk mengakses cryptocurrency kamu. Misalnya kamu menyimpan kripto kamu di bursa terpusat, kamu nggak bisa 100% yakin bahwa kamu akan bisa mengaksesnya kapanpun kamu mau. Meski mereka menawarkan kemudahan penggunaan dari segi tampilan dan pelayanan pelanggan. Bursa terpusat bisa saja mengalami masalah, seperti gangguan teknis, atau bahkan bangkrut, dan mengakibatkan para penggunanya jadi kehilangan akses dana mereka. Contohnya seperti Bursa FTX yang mengajukan kebangkrutan pada tahun 2022. Pelanggan jadi sulit untuk mengakses kripto mereka. Tapi tidak semua bursa terpusat bermasalah ya, masih banyak yang bagus diluar sana. Oleh karena itu, penting untuk menyimpan cryptocurrency kamu di dompet pribadi contohnya dompet dingin (cold wallet). Karena di dompet pribadi, kamu sendiri yang memegang kunci privat kripto mu. Memang sedikit sulit tahapan yang harus dilalui ketika memegang sendiri kendali aset kita, karena kita harus bertanggung jawab sendiri juga. Kekurangannya adalah, ketika pengguna lupa kunci maupun frasa untuk masuk ke dalam dompet pribadi, maka kita tidak dapat memulihkannya lagi. Tidak ada pelayanan pelanggan ketika kita lupa kunci. Artinya koin kita akan hilang selamanya. Baca Juga: Mengenal Altcoin: Definisi, Cara Kerja, dan Jenisnya Tapi itu juga kelebihannya, dimana persentase peretasannya sedikit karena hanya kita yang tau kunci pribadi, kecuali kunci itu diketahui juga oleh orang lain. Oh iya, kunci disini bisa disimpan dalam bentuk kertas atau dimanapun yang kita rasa aman. Dengan menyimpan cryptocurrency di dompet pribadi, kamu bisa yakin bahwa kamu akan bisa mengakses cryptocurrency kamu kapanpun kamu mau. Intinya, istilah "not your keys, not your coin" ini kembali lagi kepada masing-masing orang ya Blockheads. Kamu bebas menentukan kemana arah aset kripto mu disimpan, karena kamulah pemilik sebenarnya dengan segala risiko kecil dan besar yang bisa saja terjadi, bahkan di sistem yang katanya paling "aman" sekalipun.
172 -
Hai Blockheads! Kripto, meskipun bentuknya digital dan tidak dapat dilihat secara fisik, mereka juga memerlukan dompet untuk penyimpanannya. Dompet kripto (crypto wallet) adalah aplikasi atau alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cryptocurrency. Disebut dompet karena mirip dengan dompet sehari-hari yang kita gunakan untuk menyimpan uang tunai atau kartu. Dompet kripto menyimpan dua kunci utama, yaitu kunci pribadi dan kunci publik. Kunci pribadi berfungsi sebagai kata sandi yang memberikan kamu akses aman ke mata uang kripto kamu. Sementara itu, kunci publik berperan sebagai nomor rekening yang memungkinkan kamu mengirim dan menerima mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, serta coin dan token lainnya. Mengapa Dompet Kripto Penting? Sebenarnya, secara teknis, dompet kripto tidak menyimpan kripto kamu seperti halnya dompet biasa yang menyimpan uang atau kartu fisik. Namun, kepemilikan aset kripto kamu disimpan di blockchain, seperti dilansir dari Investopedia, tetapi untuk mengaksesnya, kamu memerlukan kunci pribadi. Kunci ini memungkinkan kamu melakukan transaksi dan berfungsi sebagai bukti kepemilikan mata uang digital kamu. Selain itu, dompet kripto umumnya menyediakan frase atau kata-kata kunci, misalnya "kotak, tidur, kamar, naga, buah, taman, bandara, dll." Ini dapat membantu kamu memulihkan dompet jika perangkat hilang atau rusak, terutama pada dompet kripto fisik. Oleh karena itu, kalo kamu kehilangan kunci atau frase, kamu tidak dapat mengakses uang di dalamnya. Inilah sebabnya kenapa menyimpan kunci pribadi sangat penting, sesuai dengan istilah yang sering diucapkan oleh komunitas kripto: "not your keys, not your coins." Cara Kerja Dompet Kripto Setelah memiliki dompet kripto, kamu bisa mengirim dan menerima cryptocurrency dengan berbagai metode. Secara umum, langkah-langkahnya yaitu: Memasukkan alamat dompet penerima Menentukan jumlah yang akan dikirim Memasukkan kunci pribadi Menerima jumlah biaya transaksi, atau Mengirimkan transaksi Jenis-jenis Dompet Kripto Dompet kripto muncul dalam dua bentuk paling umum, seperti: Dompet Panas (Hot Wallet) Dompet panas (hot wallet) adalah dompet digital online yang dapat diakses melalui smartphone atau desktop. Di smartphone, biasanya berbentuk aplikasi, sedangkan di desktop seringkali berbentuk situs web. Contohnya platform pertukaran kripto, Binance, Indodax, TokoCrypto, dll. Baca Juga: Apa Itu DeFi: Definisi sampai Fiturnya Cek Disini! Dompet panas lebih mudah digunakan dan lebih murah daripada dompet dingin, serta kemudahan customer service jika kamu kesulitan mengaksesnya. Akan tetapi tingkat keamanannya lebih rendah karena selalu terhubung ke internet, dimana rentan kena peretasan. Dompet Dingin (Cold Wallet) Dompet dingin (cold wallet) adalah dompet digital offline, seperti perangkat keras mirip USB dan biasanya tergolong mahal harganya. Kegiatan transaksinya memang agak sulit karena banyaknya prosedur yang harus dilewati, seperti kunci pribadi, bahkan 12 frasa yang kita bahas sebelumnya. Meski membutuhkan langkah ekstra WiFi, USB atau QR Code, tenang saja karena tidak menggunakan sistem cloud computing yang bisa menyimpan data mu, dan cenderung lebih aman dari peretasan. Terakhir, penting untuk dipahami, dan ini udah sering banget kita bahas kalo setiap platform punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karena baru kemarin, aplikasi terdesentralisasi seperti Ledger terkena peretasan, walaupun sekarang sudah dinyatakan kembali aman. Jadi tetap pahami dan siap dengan risiko yang ada ketika kamu masuk ke sektor kripto ya, Blockheads!
118 -
Melihat bitcoin (BTC), ethereum (ETH) dan cryptocurrency lainnya yang memiliki perubahan harga yang berubah-ubah dengan cepat, dalam waktu seminggu bahkan dalam hitungan jam. Mungkin itu terlihat menakutkan bagi kalian. Tapi Blockheads, di ruang kripto ada istilah stablecoin yang bisa jadi pilihan kalian untuk berinvestasi. Stablecoin adalah jenis cryptocurrency yang dirancang untuk memiliki nilai yang stabil. Nilainya biasanya dipatok 1:1 dengan aset lain, seperti dolar AS atau emas. Aset ini memang lahir dari keresahan guncangan volatilitas mata uang kripto lainnya, dan tentunya masih berlandaskan blockchain, ya. Jenis Aset Jaminan Stablecoin Ada 3 jenis patokan aset yang dijamin untuk stablecoin: Pertama, stablecoin Fiat-Backed (jaminan fiat) seperti USDT dan USDC. Nilai aset kripto ini berpatokan 1:1 dengan mata uang fiat, contohnya dollar US. Berikutnya Commodity-Backed (jaminan komoditas), yang nilainya sama seperti nilai emas fisik. Contoh aset kripto stablecoin seperti PAX Gold dan Anthem Gold. Terakhir kita punya stablecoin yang dijamin oleh aset kripto lain. Misalnya, DAI dari MakerDAO yang nilainya terikat sama dolar AS, tapi aset jaminannya itu menggunakan Ethereum, dan memakai mekanisme CDP (Collateralized Debt Position) yang bisa mempertahankan nilai 1:1 nya. Meskipun begitu, tetap ingat bahwa mereka masih menggunakan teknologi yang lebih baru yang mungkin memiliki bug atau kerentanan yang tidak diketahui, contohnya saja seperti stablecoin Euro yang sempat ditangguhkan oleh Binance padahal baru beberapa hari listing di bursa mereka karena lonjakan harga yang tidak masuk akal sampai dengan 200%. Tetap ya Blockheads, jangan lupa riset sebelum berinvestasi dimanapun. Jadi mana nih stablecoin favorit mu?
121 -
Hai Blockheads, di dunia cryptocurrency, Bitcoin (BTC) memiliki teman-teman kripto populer seperti Ethereum (ETH), Binance (BNB), Solana (SOL), Dogecoin (DOGE), dan lainnya yang disebut sebagai Altcoin. Tapi apa sih sebenarnya Altcoin itu? Altcoin Jadi, Altcoin itu singkatan dari 'alternative coin.' Bitcoin adalah kripto yang pertama muncul, dan koin-koin lain setelahnya disebut sebagai alternatif dari Bitcoin. Intinya, kalo ada mata uang kripto yang lahir setelah Bitcoin, disebutnya Altcoin. Misalnya, ada Ethereum, Binance, Doge, Solana, dan Litecoin. Buat liat daftar altcoin, Blockheads bisa cek di CoinMarketCap.com, ya. Cara Kerja Altcoin Secara garis besar, cara kerja umumnya sama untuk semua cryptocurrency. Ketika transaksi terjadi, contohnya jual-beli, informasi transaksi tersebut akan disimpan di blockchain. Namun, penting untuk dipahami bahwa Altcoin dibuat dengan tujuan atau fitur unik tertentu yang lebih fokus pada komunitas tertentu. Berbeda dengan Bitcoin yang tujuannya secara singkat adalah mengembalikan nilai uang ke bentuk yang seharusnya, tanpa diatur oleh pihak manapun, tidak sembarangan dicetak tanpa batas, serta dapat dimiliki oleh siapapun. Contohnya, Ethereum diciptakan khusus untuk para pengembang dan perusahaan, dengan tujuan mengubah cara industri beroperasi dalam hal teknologi. Ethereum dirancang agar dapat diskalakan, diprogram, aman, dan terdesentralisasi. Lalu, ada Dogecoin (DOGE), yang awalnya dibuat sebagai lelucon parodi terhadap Bitcoin, dengan gambar anjing Shiba Inu sebagai ikonnya. Meskipun awalnya dimulai sebagai bentuk candaan, DOGE menjadi populer berkat dukungan dari tokoh-tokoh terkenal seperti Elon Musk, dan bahkan digunakan sebagai alat pembayaran dalam berbagai situasi. Kategori dan Jenis Altcoin Berikut adalah kategori untuk Altcoin di dunia cryptocurrency : Metode Konsensus Metode konsensus merupakan suatu sistem untuk memverifikasi dan memvalidasi transaksi. Ada dua jenis metode konsensus utama, yaitu Proof of Work (PoW) yang bergantung pada bukti kerja. Sebagai contoh, Bitcoin menggunakan metode ini. Altcoin lain yang juga mengadopsi PoW meliputi Dogecoin, Litecoin, Ethereum Classic, dan Monero. Selain itu, terdapat metode konsensus Proof of Stake (PoS) yang berdasarkan prinsip konsensus terdistribusi, di mana peserta akan menerima imbalan sesuai dengan jumlah aset yang mereka pertaruhkan (stake). Ethereum, setelah beralih dari PoW, kini menggunakan PoS. Contoh lain dari koin yang menerapkan metode konsensus PoS termasuk Cardano, Solana, dan Algorand. Stablecoin Stablecoin adalah jenis altcoin yang nilainya tetap dipatok 1:1 dengan nilai suatu aset tertentu, umumnya mata uang fiat seperti Dolar AS atau Rupiah, atau berbagai mata uang negara lainnya, tergantung pada kebijakan pengembangnya. Contoh dari stablecoin ini antara lain USDT yang dikeluarkan oleh Tether, USDC dari USD Coin, dan BUSD dari Binance USD. Altcoin DeFi DeFi, singkatan dari keuangan terdesentralisasi, adalah sistem keuangan yang beroperasi tanpa otoritas sentral dan menawarkan berbagai fungsi, termasuk penggunaan untuk meminjam dan meminjamkan aset mereka dengan tujuan memperoleh keuntungan secara pasif. Beberapa contoh altcoin DeFi yang populer antara lain AAVE, Compound, dan UniSwap. Altcoin Indonesia Ternyata di Indonesia juga memiliki berbagai macam alternatif koin, loh. Contohnya seperti Zipmex Token (ZMT), Toko Token (TKO), Tokenomy (TEN), Nusa (NUSA), dan NanoByte (NBT). Nah, buat Blockheads, bisa banget jadiin altcoin sebagai alternatif dari investasi Bitcoin. Tapi nggak pernah lupa kami ingatkan untuk riset mandiri sebelum memutuskan membeli berbagai aset di kripto, ya. Terakhir pilihlah altcoin yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dana yang dimiliki.
119 -
Halo Blockheads, saat ini, kebanyakan setiap layanan keuangan dikelola oleh sistem terpusat. Kita harus memiliki rekening bank atau akses ke institusi keuangan untuk dapat memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan. Sedangkan menurut laporan Global Findex Database 2017, sebanyak 57% orang di negara berkembang tidak memiliki rekening tabungan. Disinilah perkembangan DeFi memegang peranan penting. Orang-orang kini dapat melakukan transfer ke berbagai daerah bahkan antar negara tanpa harus memiliki rekening bank terlebih dahulu. Jadi, apa itu DeFi? Penjelasan Mengenai DeFi Defi adalah singkatan dari Decentralized Finance, sebuah istilah untuk layanan keuangan yang dibangun di atas teknologi blockchain. Defi memiliki tujuan untuk menghadirkan layanan keuangan bekerja secara terbuka dan transparan. Individu dan lembaga yang belum memiliki akses ke perbankan atau layanan keuangan, dapat melakukan transaksi keuangan yang lebih besar cakupannya tanpa memerlukan perantara pihak ketiga, karena sifatnya yang global dan peer-to-peer. Lalu, setiap orang tidak perlu menerima modal yang diatur oleh pemerintah, dengan kata lain uang fiat. Karena saat ini transaksi di Defi, kebanyakan menggunakan cryptocurrency. Menariknya, agar dapat merasakan sensasi uang fiat di teknologi ini, selain aset kripto seperti Bitcoin atau Ethereum, kamu bisa menyimpan dalam bentuk koin stabil (stablecoin) lainnya seperti USDT yang nilainya 1:1 dengan dollar AS. Cara kerja DeFi Dengan DeFi, semua proses transaksi dilakukan oleh kode yang tertulis pada smart contract tanpa melalui pihak ketiga. Setelah aktivitas disetujui, maka datanya akan disimpan di blockchain yang tidak dapat diubah dan diutak-atik. Secara umum step penggunaan DeFi adalah, pengguna pertama-tama membuat dompet digital terdesentralisasi (DApps) seperti MetaMask, lalu pengguna bisa melakukan transfer aset kripto yang diinginkan, dan terakhir bisa menggunakan sesuai fungsi dan fitur DeFi yang akan dijelaskan setelah ini. Fungsi DEFI Dengan DeFi, kalian bisa melakukan hal yang kurang lebih juga dilakukan oleh layanan keuangan, seperti Bank. Bank melakukan kegiatan seperti investasi, pembayaran bunga, pinjam meminjam, perdagangan aset dan banyak lagi. Hanya saja perbedaannya terdapat pada masalah kecepatan. Misalnya untuk platform pinjam meminjam di Defi. Platform ini memiliki banyak kelebihan dibanding sistem pinjam meminjam konvensional. Misalnya adalah penyelesaian transaksi yang instan, kemampuan untuk menjaminkan aset digital, dan tanpa birokrasi pengajuan kredit yang berbelit-belit. Dengan DeFi, semua itu bisa dilakukan lebih cepat, tanpa perlu banyak dokumen seperti yang dilakukan layanan keuangan tradisional. Fitur DeFi Agar Blockheads lebih mudah mengenal DeFi, kita akan membahas fitur-fiturnya yang kurang lebih sama dengan Bank tradisional. Yuk kita lihat: Exchanger atau Pertukaran asset Bila dalam Bank tradisional menawarkan pertukaran mata uang, maka Aplikasi DEX atau Decentralized exchange adalah aplikasi yang memfasilitasi transaksi penukaran satu token dengan token lainnya menggunakan teknologi smart contract. Salah satu contoh DEXs yang dibangun di atas Ethereum dan paling populer saat ini adalah Uniswap dan Sushiswap. Sedangkan DEX diluar ETH adalah PancakeSwap yang dibangun diatas blockchain Binance Smart Chain (BNB Coin) Staking Secara sederhana, staking adalah proses penguncian aset kripto di dalam wallet pada jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapat keuntungan, menggunakan sistem proof-of-stake. Fitur ini sama seperti Bank tradisional, mungkin saja berbeda pada istilahnya. Contoh untuk coin staking seperti Fantom, BNB, ATOM, DLL. Lending & Borrowing (pinjam dan meminjamkan) Bila dalam Bank tradisional menggunakan mata uang fiat, maka pada DeFi, kamu bisa menggunakan aset kripto. Contoh coin Defi yang menyediakan lending apps adalah AAVE dan Compound. Semua itu bersifat decentralized. Jadi dengan menggunakan aplikasi ini kamu dapat mendepositokan aset kripto untuk dipinjam dan mendapat bunga, dan juga meminjam aset kripto lainnya sesuai kebutuhan mu. Memang, teknologi DeFi ini memudahkan banyak orang dalam layanan keuangan. Defi bisa dibilang dapat mencegah diskriminasi yang kerap terjadi di jasa keuangan pada umumnya. Kemudahannya dan kecepatan dalam bertransaksi memang keunggulan yang dimiliki oleh teknologi Decentralized Finance ini. Hanya saja, Blockheads harus paham jika setiap kelebihan, pasti ada kekurangan. Karena DeFi merupakan teknologi baru dengan tujuan sebagai “pesaing” layanan keuangan konvensional seperti Bank. Jadi, masih banyak sekali tugas yang harus dikembangkan dalam prosesnya. Bagi kalian yang mungkin tertarik dengan potensi profit yang bisa dihasilkan dari masing-masing aplikasi DeFi. Kalian harus lebih berhati-hati dalam berinvestasi. Jangan lupa untuk Lakukan riset mandiri sebelum memulai investasi, ya.
131 -
Apa itu Bullish dan Bearish? Simak Perbedaannya Disini! Halo Blockheads! Pasti sering dengar istilah Bullish dan Bearish, ya? Dua kata ini sering banget dipakai di dunia investasi. Ternyata, paling dasarnya banget, keduanya dikaitkan dengan hewan Banteng dan Beruang. Penasaran gak, kenapa? Yuk, simak perbedaannya dan kenapa mereka terkait erat dengan dunia kripto! BULLISH & BEARISH: Banteng vs. Beruang Blockheads sadar nggak, jika Banteng selalu mengarahkan tanduk ke atas saat bertarung, sementara Beruang menggunakan cakar ke bawah. Jadi, kalau harga aset naik, disebut "Bullish/Banteng", sebaliknya, turun disebut "Bearish/Beruang". Pasar Bullish juga didorong oleh situasi perekonomian yang kondusif. Para investor atau trader (sebagian) dalam kondisi Bullish, akan menggunakan moment ini untuk menjual aset mereka lalu mendapatkan profit. Selanjutnya, pada kondisi bear market, investor atau trader yang optimis cenderung melakukan pembelian aset kripto dengan harapan menjualnya di masa depan saat harga aset tersebut naik. Analoginya, dinamika Bullish dan Bearish ini, dapat disamakan dengan prinsip dasar permintaan dan penawaran dalam konteks ekonomi. Tren Bullish dapat terlihat dari peningkatan harga aset lebih dari 20%, sementara tren Bearish dapat diidentifikasi dari penurunan aset sebesar 20%. Mengapa Bull Dan Bear Market Terjadi? Pasar kripto, seperti saham, sangat tergantung pada kondisi perekonomian global. Hal-hal seperti regulasi global, pernyataan influencer besar atau konflik geopolitik bisa bikin pasar kripto gonjang-ganjing. Aset kripto yang sudah sepuh aja masih memiliki volatilitas tinggi, apalagi yang masih muda umurnya? Nah, buat kamu yang lagi di tren Bull atau Bear, ada tips nih! Pertama, ambil keputusan logis, berpikir jernih sebelum bertindak, diversifikasi portofolio, dan pantau harga secara berkala. Selalu Siap dengan volatilitas dan risiko. Baca Juga: "Reli Sinterklas" Harapan Penggemar Bitcoin Setiap Jelang Natal Bullish dan bear market adalah hal umum di investasi. Asalkan kamu riset mandiri atau Do Your Own Research (DYOR) gak perlu panik saat aset Bearish, tapi tetap waspada. Dan ingat juga, jangan terburu-buru beli aset saat Bullish. Sedikit diskusi, Blockheads ada yang pernah mengalami beli aset saat bearish, lalu dapat untung banyak saat bullish nggak, ya, disini? Atau malah sebaliknya? Share pengalaman mu, yuk.
133 -
Smart Contract: Perjanjian Pintar di Dunia Blockchain Halo Blockheads! Pasti sering denger istilah "smart contract" dalam dunia blockchain atau kripto, kan? Tapi, tahu nggak sih itu apa? Yuk, langsung saja kita bahas bareng-bareng di sini! Apa Itu Smart Contract? Jadi, kalo nggak ada smart contract, transaksi kripto kamu nggak akan jalan nih. Smart contract sebenarnya seperti kontrak pada umumnya, cuma bedanya dia itu program yang disimpan di blockchain. Nah, program ini bekerja sendiri ketika kondisinya sudah sesuai dengan aktivitas yang sudah ditentukan sebelumnya, tanpa adanya perantara pihak ketiga. Makanya, kalo udah disetujui sama jaringan komputer, nggak bisa diubah lagi, karena sudah diteruskan langsung ke blockchain. Kenapa Smart Contract Penting? Karena, smart contract memungkinkan developer untuk bangun berbagai aplikasi dan token tanpa perlu pihak ketiga. Makanya, dia dianggap aman, andal, fleksibel dan bisa diakses tanpa batas. Saat ini smart contract udah banyak banget penerapannya di bidang keuangan kayak trading, investasi, dan pinjam-meminjam. Tapi nggak cuma itu, lho. Bisa dipake juga di sektor gaming, NFT, perawatan kesehatan, real estate, sampe kontrak kerja. Layaknya sebuah teknologi, apalagi terbilang baru dan belum masif, tentu ada sisi kurangnya juga. Regulasi hukumnya di berbagai negara masih kurang, dan masih ketergantungan sama pemrogram, oleh karena itu risiko bug tetap ada. Bahkan, smart contract juga dapat diretas dengan menggunakan serangan DoS (Denial of Service). Serangan DoS bertujuan untuk membuat jaringan blockchain tidak dapat diakses, sehingga smart contract tidak dapat dijalankan. Baca Juga: Disebut Aman, Apakah Bitcoin Bisa Diretas? Saat ini, ada segelintir smart contract yang hadir, namun yang dikenal paling aman adalah Ethereum, dimana jadi salah satu blockchain terbesar yang dukung smart contract dengan bahasa pemrograman Solidity mereka. Keren ya, Blockheads. Nah, kemajuan teknologi di bidang teknologi blockchain ttidak menunjukkan adanya tanda-tanda melambat, nih, dan tampaknya akan terus maju. Setuju? Blockheads juga disarankan untuk selalu riset mandiri ya kalo ingin terjun ke dunia blockchain, jangan FOMO alias ikut-ikutan, karena setiap teknologi punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Stay tuned terus di Kabar Blockchain Indonesia!
118 -
Internet Masa Depan? Kenali Apa itu Web 3 Disini! Halo Blockheads! Pasti sudah nggak asing lagi nih dengan istilah Web 3.0. Katanya teknologi ini bakal jadi masa depan internet tanpa kendali dari siapa-siapa. Tapi, bagaimana bisa? Dan apa sih sebenarnya Web 3.0 itu? Yuk, kita lihat bareng-bareng. Sebelum itu, ada baiknya kita intip dulu nih sejarah singkat evolusi internet. Ada Web 1.0 yang cuma bisa buat baca-baca informasi saja tanpa kita bisa menanggapi balik, lalu muncullah Web 2.0 yang bikin kita bisa baca, tulis, dan bikin konten, bahkan menanggapi konten tersebut. Nah, sekarang, kita masuk ke era Web 3.0. Web 3.0: Internet Milik Kamu Web 3.0 adalah generasi ketiga internet yang lebih canggih dari Web 1.0 dan Web 2.0. Bedanya, di Web 3.0, kita nggak cuma jadi konsumen, tapi juga bisa punya lebih banyak kontrol atas data dan konten yang dihasilkan. Kerennya lagi, nggak ada otoritas atau perusahaan yang ngatur segalanya. Bahkan Freecodecamp bilang, di web 2 kamu seperti dieksploitasi oleh perusahaan besar, data dan jumlah klik mu digunakan untuk iklan personalisasi dan mendatangkan banyak keuntungan buat mereka. Dulu, Tim Berners-Lee, penemu World Wide Web, menyebut Web 3.0 dengan sebutan Semantic Web. Tujuannya simpel, buat bikin internet yang lebih mandiri, cerdas, dan terbuka. Karakteristik Web 3.0 Dikutip dari DailySocialID, Web 3 memiliki karakteristik sebagai berikut: Trustless: Semuanya dijalankan oleh kode yang transparan, tanpa perlu pihak ketiga. Permissionless: Tidak perlu izin, siapa pun bisa berpartisipasi dalam ekosistemnya. Self-governance: Tata kelola terdesentralisasi, pengguna turut menentukan arah platform. Data Ownership: Pengguna memiliki kendali dan hak atas data dan identitas mereka sendiri. Web 3 Katanya Dikendalikan Pengguna? Bukannya Aplikasinya Dibuat oleh Perusahaan juga? Pertanyaannya, bagaimana bisa web 3, tidak dikendalikan perusahaan dan hanya dikendalikan oleh penggunannya saja? Bukan kah aplikasi web 3 dibuat oleh orang lain atau perusahaan? Baca Juga : Apa itu Cryptocurrency? Bagaimana Hubungannya Dengan Blockchain? Blockheads ingat topik blockchain yang sudah kita bahas di artikel sebelumnya? Sifat teknologi ini adalah transparan, aman, dan terdesentralisasi. Tidak ada satupun orang yang dapat merubah isinya ketika komputer sudah menyetujui tindakan yang terjadi. Memang, aplikasi Web 3.0 memang dibuat oleh orang atau perusahaan, tapi tidak dikendalikan satu pihak. Aplikasinya dikelola oleh jaringan komputer (blockchain) yang tersebar di seluruh dunia, dan diatur oleh protokol dan kontrak pintar. Setiap pengguna punya hak buat ikutan mengatur jaringan itu. Hal tersebutlah yang membuat pengguna memiliki akses untuk kelola dan membagikan data/konten mereka, tanpa takut dimanipulasi atau dikontrol oleh pihak lain. Contoh Penggunaan Web 3.0 Penggunaan Web 3.0 mencakup berbagai bidang, seperti: DeFi (Decentralized Finance): Web 3.0 digunakan dalam sistem keuangan terdesentralisasi, contohnya Uniswap dan Aave. NFT (Non-Fungible Token): Diterapkan dalam sistem karya digital yang unik dan langka, seperti OpenSea dan Rarible. Metaverse: Web 3.0 memungkinkan pembentukan dunia virtual, seperti yang terlihat pada aplikasi Sandbox dan Axie Infinity. Games dalam NFT dan Metaverse: Terlibat dalam permainan yang terhubung dengan NFT dan Metaverse, seperti Axie Infinity, Sandbox, Alien Worlds, dll. Media Sosial: Penggunaan Web 3.0 bahkan mencakup media sosial, contohnya aplikasi Socrates dan MINDS. Hubungan Web 3 dengan Kripto Kita tahu bahwa keduanya beroperasi di atas blockchain, dan dengan munculnya aplikasi web 3, pasti akan ada transaksi yang terjadi atau diperlukan. Contohnya, saat membeli karya seni berbentuk NFT, atau memperoleh item di game, bahkan untuk keperluan keuangan di DeFi. Nah, mata uang digital (kripto) inilah yang menjadi pendukung jalannya transaksi tersebut. Nah, Blockheads, intinya setelah pembahasan panjang ini, Web 3.0 adalah "kebebasan" internet dari kendali perusahaan besar, yang masih perlu banyak pertimbangan dan kajian untuk sebuah teknologi baru. Meskipun masih bikin bingung karena kita terbiasa dengan Web 2.0, nggak masalah. Seiring waktu, teknologi ini pasti bisa kamu pahami. Siapa nih yang siap dengan perubahan ke Web 3?
127 -
Hai Blockheads, tahukah kamu bahwa lagu kesukaanmu, game favoritmu, bahkan tiket konsermu bisa dijadikan kepemilikan yang gak bisa ditukar dan diubah? Nah, itu dia yang disebut NFT (Non-Fungible Token). Baru-baru ini, Indodax, salah satu pertukaran kripto terbesar di Indonesia, meluncurkan NFT bernama "The OD Club NFT” yang dikatakan bisa memberikan keuntungan pertahunnya, seperti yang dikutip dari Republika. Tapi, tunggu dulu, sebelum pembahasannya makin jauh di awal, kita harus paham dulu apa itu NFT. Kabar Blockchain udah kasih penjelasannya, nih. Yuk, langsung saja kita bahas! Pengertian NFT NFT adalah singkatan dari Non-Fungible Token. NFT adalah aset digital yang unik dan tidak dapat ditukarkan. Artinya, setiap NFT memiliki nilai dan kepemilikan yang berbeda-beda, dan ini dapat menjamin kelangkaannya NFT dapat digunakan untuk mewakili karya seni digital, seperti musik, lukisan, foto, atau GIF, bahkan barang-barang digital lainnya, seperti tiket konser, game item, tweet, bahkan fashion. Ini bisa menjadi sangat mahal karena adanya rasa apresiasi seseorang akan suatu karya, terlebih memandang berbeda sebuah karya digital, serta rela merogoh kocek tinggi untuk memilikinya. Kegunaan NFT NFT diketahui memiliki berbagai kegunaan, diantaranya: Untuk seniman: NFT dapat membantu seniman untuk mendapatkan hak cipta dan royalti atas karya mereka. Kepemilikan digital: NFT dapat digunakan untuk menciptakan kepemilikan digital atas barang-barang digital, seperti tiket konser atau game item. Meningkatkan kelangkaan: NFT dapat digunakan untuk meningkatkan kelangkaan barang-barang digital, sehingga nilainya menjadi lebih tinggi. Misalnya kamu bikin lagu atau lukisan, kamu bisa jadikan itu sebuah NFT dengan menaruhnya di platform NFT. Kepemilikan atas karya mu tidak dapat diubah oleh siapapun, kecuali kamu menjual karya dan dibeli oleh orang lain. Oleh karena itu, kamu bisa juga loh menjual hasil NFT mu, biasanya harganya akan sangat tinggi, tergantung kelangkaan, harga yang kamu tawarkan atau pembeli tawarkan. Baca Juga: Token Game Makin Hot, Axie Infinity, Ronin, APE Naik Tajam Jenis-Jenis NFT Karya seni digital: NFT paling umum digunakan untuk mewakili karya seni digital, seperti lukisan, foto, atau GIF. Tiket konser: NFT untuk mewakili tiket konser atau acara lainnya, contohnya seperti Band Indonesia Noah, pernah meluncurkan tiket konser bentuk NFT dalam merayakan 10 tahun kiprah mereka di industri musik. Game item: NFT dapat digunakan untuk mewakili game item, seperti skin atau avatar. Contohnya, salah satu video game terbesar dari Moonton yaitu Mobile Legend, yang sudah memiliki NFT untuk game mereka. Tweet: NFT dapat digunakan untuk mewakili tweet yang telah diverifikasi. Contohnya seperti tweet penemu Twitter, Jack Dorsey, yang dibeli dengan harga fantastis yaitu $2,9 juta (sekitar Rp 40 miliar) pada tahun 2021. Fashion : NFT dalam fashion sama seperti sebelumnya, yaitu digunakan untuk mewakili kepemilikan dalam industri fashion, contohnya dari brand Gucci meluncurkan NFT berupa film pendek spesial hari ulang tahun ke-100 berjudul Gucci Aria. Dilelang di Christie’s, dan laku sebesar US$25.000. Salah satu penggunaan nyata di dekat kita, sebut saja NFT Al-Ghozali. Pemuda ini menjual foto selfie dirinya setiap hari selama 5 tahun. Foto-foto berjumlah 933 item tersebut kemudian dijual sebagai NFT dan salah satu item fotonya terjual seharga Rp 3,1 triliun, Blockheads! Cara Mendapatkan NFT Ada dua cara untuk mendapatkan NFT, yaitu dengan membuat NFT menggunakan platform khusus, seperti OpenSea atau Rarible. Selanjutnya dengan membeli NFT dari orang lain yang sudah menjualnya di platform NFT. Blockheads, ada yang sudah pernah punya NFT? Atau malah tertarik untuk punya?
151
- 1
- 2